Category Archives: Slider

Uji Profisiensi Air Permukaan I (APDS I) Parameter: Sulfat, Klorida, DHL dan pH

Alhamdulillah... setelah sebelumnya BMD Laboratory sukses menyelenggarakan Uji Profisiensi Air Limbah (ALDS I) Batch I sebagai pembukaan Uji Profisiensi schema Khusus dengan metode perhitungan konsensus value di tahun 2015 dengan parameter: Besi (Fe), Timbal (Pb), Cu (Tembaga) dan Daya Hantar Listrik (DHL) dengan jumlah peserta 9 laboratorium yang terdiri dari: Balai Riset dan Standarisasi Industri (BARISTAND)…
Read more

Types of Proficiency Testing Schemes

  • G02

Macam dan Jenis Skema Uji Profisiensi

Jika di lihat dari sisi metode pengujian, jumlah laboratorium peserta uji profisiensi terdapat beberapa jenis uji profisiensi yang ada. Jenis uji profisiensi itulah yang di sebut dengan skema uji profisiensi. Sekma umum dalam berbagai jenis uji profisiensi ini adalah berdasarkan standard ISO Guide 43-1, yang terdiri dari:

  1. Skema Uji Banding Pengukuran (Measurement Comparison): Jenis skema uji banding pengukuran seperti ini biasanya adalah skema yang menggunakan alat ukur/uji yang di distribusikan dari satu laboratorium peserta ke laboratorium peserta lainnya. Untuk skema seperti tidak memerlukan jumlah peserta yang banyak karena menggunakan sistem “assign value” yang dikeluarkan oleh “reference laboratory”. Lalu siapakah reference laboratory tersebut..? biasanya adalah adalah lembaga metrologi nasional. Sedangkan “assign value” adalah merupakan nilai yang di tetapkan pada kuantitas tertentu dan diterima (baik secara konsensus) dengan teknik perhitungan ketidakpastian yang telah ditetapkan. Di mana skema seperti ini biasanya di gunakan dalam uji profisiensi laboratorium kalibrasi.
  2. Skema Uji (Banding) Antar Laboratorium (Interlaboratory Testing): Jenis skema seperti ini adalah menggunakan sub-sample yang telah  di standarisasi (homegenitas dan stabiilitynya) dari bahan uji yang nantinya akan distribusikan secara bersama-sama kepada seluruh peserta uji profisiensi di lakukan pengujian secara bersama-sama pula. Hasil dari pengujian tersebut oleh para peserta dikirimkan kembali kepada penyelenggara untuk dibandingkan nila "assign value" di mana dengan teknik seperti ini akan di dapatkan gambaran hasil unjuk kerja laboratorium baik individual maupun keseluruhan. Skema jenis inilah yang pada umumnya di gunakan oleh provider dalam melakukan uji profisiensi laboratorium penguji.
  3. Skema Pengujian (Split Sample): Umumnya skema ini melibatkan kelompok kecil laboratorium yang akan dievaluasi sebagai pemasok potensial dari jasa pengujian. Dalam transaksi perdagangan, skema ini dilakukan dengan membagi sample untuk laboratorium yang mewakili pemasok dan laboratorium yang mewakili pembeli. Disamping kedua sample yang dibagi tersebut, biasanya ada sample tambahan yang disimpan untuk diuji pada laboratorium pihak ketiga jika terdapat perbedaan signifikan antara hasil uji laboratorium pihak pemasok dan laboratorium pihak pembeli. Skema ini berbeda dengan “interlaboratory testing” sebab skema ini hanya melibatkan laboratorium yang sangat terbatas.
  4. Skema kualitatif: Terkait dengan unjuk kerja laboratorium pada dasarnya tidak hanya harus selalu dengan metode kuantitatif (membandingkan hasil uji), melainkan metode kualitatif pun bisa di gunakan misalnya untuk menilai unjuk kerja sebuah laboratorium dalam mengidentifikasi jenis entitas tertentu sebagai contoh: jenis cacat bahan pada sebuah produk, jenis mikroorganisme patogen, jenis penyakit, berbagai macam bakteri dan lain sebagainya. Teknik ini terbilang mudah, karena tidak memerlukan banyak laboratorium yang akan terlibat dalam peserta uji profisiensi.
  5. Skema Dengan Nilai Yang Telah di Ketahui (Known Value): lagi-lagi ini adalah jenis skema uji profisiensi yang tidak banyak memerlukan peserta uji profisiensi. Di mana pengujian contoh dengan parameter uji yang di ukur telah diketahui nilainya.
  6. Skema Sebagian Proses (Partial Process): Jenis skema ini ialah untuk menilai unjuk kerja sebuah laboratorium yang melakukan pengujian hanya pada sebagian proses saja dari keseluruhan proses pengujian/pengukuran. Sebagai contoh skema ini meminta laboratorium untuk melakukan transformasi data sebuah pengujian ke dalam laporan uji dengan arti lain meminta pihak laboratorium melakukan persiapan contoh sesuai dengan kriteria tertentu.

What the Proficiency Testing Scheme

  • G01
  • Uji Profisiensi Air Limbah (ALDS I)-BMD Laboratory

Dalam standard ISO/IEC 17043:2012 versi terbaru uji profisiensi (laboratorium) adalah unjuk kerja sebuah laboratorium dengan cara melakukan uji banding antar laboratorium atau yang di kenal dengan istilah Interlaboratory Comparisons. Ada istilah lain yang inti urgensinya sama yaitu dalam istilah laboratorium medis, uji profisiensi di sebut juha program pemantapan mutu eksternal.

Banyak skema uji profisiensi yang ada, seperti yang telah di jelaskan dalam standar ISO/IEC Guide 43. Dimana di jelaskan bahwa bagi provider (penyelenggara uji profisiensi) harus menentukan skema yang paling tepat dan cocok dalam  penyelenggaraan uji profisiensi, mengingat karakteristik dan perlakuan bahan uji profisiensi berbeda-beda oleh karenanya membutuhkan skema yang berbeda dan di sesuaikan dengan jenis bahan material yang di gunakan.

Background

  • Uji Profisiensi Air Limbah (ALDS I)-BMD Laboratory
  • Depositphotos_1203608_original-1170×425

The Proficiency test is one of quality assurance program for a laboratory in accordance with the requirements of the management system of laboratory accreditation requirements based on SNI ISO/IEC 17025: 2008, This program is made to meet the needs of accreditation for laboratories that will do the accreditation or already  accredited to SNI ISO/IEC 17025:2008. This Accreditation activity done by KAN-National Accreditation Committee as an independent institution that has authority to accredit a lab test/calibration required for all laboratories have been accredited for Proficiency test at minimum of 1 years. In clause 5.9.1 standard Point SNI ISO/IEC 17025: 2008 mentioned related to quality assurance Testing and calibration Results, it reads:

The laboratory shall have quality control procedures for monitoring the validity of tests and calibrations undertaken. The resulting Data must be recorded in a way that trends can be detected, and if it is possible the statistical techniques should be applied to the results assessment. Such monitoring must be planned and assessed as well as include, but are not limited to, the following:

  1. The regularity of the use of certified reference and/or internal quality control using secondary reference materials
  2. Participation in the appeal test of the laboratory or proficiency test program
  3. A replica of testing or calibration using the same or different method
  4. Re- calibration test on the same or different object
  5. Re- calibration testing of the remaining goods
  6. The correlation of the results for different characteristics of an item"

error: Sorry...!!! You are not authorized to copy the content in this website . If you need more information please Call : +621-7563091 Mobile : +62813 1516 2493